يا كميل بن زياد القلوب أوعية
فخيرها أوعاها للعلم احفظ ما أقول لك الناس ثلاثة فعالم رباني ومتعلم على
سبيل نجاة وهمج رعاع اتباع كل ناعق يميلون مع كل ريح لم يستضيئوا بنور
العلم ولم يلجئوا إلى ركن وثيق
“Wahai Kumail bin Ziyad. Hati manusia itu bagaikan bejana
(wadah). Oleh karena itu, hati yang terbaik adalah hati yang paling
banyak memuat ilmu. Camkanlah baik-baik apa yang akan kusampaikan
kepadamu. Manusia itu terdiri dari 3 kategori, seorang yang berilmu dan
mengajarkan ilmunya. Seorang yang terus mau belajar, dan orang inilah
yang berada di atas jalan keselamatan. Orang yang tidak berguna dan
gembel, dialah seorang yang mengikuti setiap orang yang bersuara. Oleh
karenanya, dia adalah seorang yang tidak punya pendirian karena
senantiasa mengikuti kemana arah angin bertiup. Kehidupannya tidak
dinaungi oleh cahaya ilmu dan tidak berada pada posisi yang kuat.” (Hilyah
al-Auliya 1/70-80).Sabtu, 04 Februari 2012
Terperdaya Oleh Nikmat
Merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri, banyak orang yang
terlena dengan kenikmatan dunia. Di antara kenikmatan yang membuat
banyak orang lupa akan jati diri dan tujuan hidupnya adalah nikmat kesehatan dan waktu luang.
Terutama nikmat waktu, yang begitu banyak orang lalai memanfaatkannya
dengan baik. Sehingga banyak sekali waktu mereka yang terbuang percuma
bahkan menjerumuskan mereka ke dalam jurang bahaya.
Duduk di depan televisi seharian pun tak terasa, terhenyak sekian lama di hadapan berita-berita terbaru yang disajikan media massa sudah biasa, dan berjubel-jubel memadati stadion selama berjam-jam untuk menyaksikan pertandingan sepak bola atau konser grup band idola pun rela. Aduhai, alangkah meruginya kita tatkala waktu kehidupan yang detik demi detik terus berjalan menuju gerbang kematian ini kita lalui dengan menimbun dosa dan menyibukkan diri dengan perbuatan yang sia-sia.
Saudaraku, ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari [6412] dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/258])
Duduk di depan televisi seharian pun tak terasa, terhenyak sekian lama di hadapan berita-berita terbaru yang disajikan media massa sudah biasa, dan berjubel-jubel memadati stadion selama berjam-jam untuk menyaksikan pertandingan sepak bola atau konser grup band idola pun rela. Aduhai, alangkah meruginya kita tatkala waktu kehidupan yang detik demi detik terus berjalan menuju gerbang kematian ini kita lalui dengan menimbun dosa dan menyibukkan diri dengan perbuatan yang sia-sia.
Saudaraku, ingatlah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada dua buah nikmat yang kebanyakan orang terperdaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari [6412] dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, lihat Fath al-Bari [11/258])
Orang Bertakwa Tidak Pernah Merasa Miskin
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
Adapun mengenai firman Allah Ta’ala,
Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:
Adapun mengenai firman Allah Ta’ala,
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3). Dalam ayat
ini diterangkan bahwa Allah akan menghilangkan bahaya dan memberikan
jalan keluar bagi orang yang benar-benar bertakwa pada-Nya. Allah akan
mendatangkan padanya berbagai manfaat berupa dimudahkannya rizki. Rizki
adalah segala sesuatu yang dapat dinikmati oleh manusia. Rizki yang
dimaksud di sini adalah rizki dunia dan rizki akhirat.Sebagian orang mengatakan, “Orang yang bertakwa itu tidak pernah merasa fakir sama sekali.” Lalu ada yang bertanya, “Mengapa bisa begitu?” Ia menjawab, “Karena Allah Ta’ala berfirman:
{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ
يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah
yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)”Di Mana Air Matamu?
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan
masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah
sampai susu [yang telah diperah] bisa masuk kembali ke tempat keluarnya.”
(HR. Tirmidzi [1633]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya; [1] seorang pemimpin yang adil, [2] seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, [3] seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, [4] dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya, [5] seorang lelaki yang diajak oleh seorang perempuan kerkedudukan dan cantik [untuk berzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’, [6] seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, dan [7] seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukhari [629] dan Muslim [1031]).
Di Depan Gerbang Kematian
Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya
diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah menetapkan setiap jiwa pasti
akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba
saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia
tidak mau menerima pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena
bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang zalim dan jahil.
Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?
Sebab-sebab su’ul khatimah
Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?
Sebab-sebab su’ul khatimah
Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah. Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat dengan sungguh-sungguh.
Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya yang terpokok adalah sebagai berikut :
Jagalah Pandanganmu
“Mencuci mata” sudah menjadi kebiasaan dan budaya banyak orang
terutama di kalangan para muda. Nongkrong di pinggir jalan untuk
“mencuci mata”, menikmati pemandangan alam yang indah dan penuh pesona
sudah menjadi adat sebagian orang. Namun yang menjadi pertanyaan adalah
alam apakah yang sedemikian indahnya sehingga menjadikan para pemuda
begitu banyak yang tertarik dan terkadang mereka nongkrong hingga
berjam-jam? Ternyata alam tersebut adalah wajah manis para wanita.
Apalagi sampai terlontar dari sebagian mereka pemahaman bahwa memandang
wajah manis para wanita merupakan ibadah dengan dalih, “Saya tidaklah
memandang wajah para wanita karena sesuatu (hawa nafsu), namun jika
saya melihat mereka saya berkata, “Maha sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik”[1]
Ini jelas merupakan racun syaithan yang telah merasuk dalam jiwa-jiwa sebagian kaum muslimin. Pada hakekatnya istilah yang mereka gunakan (cuci mata) merupakan istilah yang telah dihembuskan syaithan pada mereka. Istilah yang benar adalah “Ngotori mata”.
Kebiasaan yang sudah merebak seantero dunia ini memang sulit untuk ditinggalkan. Bukan cuma orang awam saja yang sulit untuk meninggalkannya bahkan betapa banyak ahli ibadah yang terjerumus ke dalam praktek “ngotori mata” ini. Masalahnya alam yang menjadi fokus pandangan sangatlah indah dan dorongan dari dalam jiwa untuk menikmati pesona alam itupun sangat besar.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan hukum pandangan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi saudara-saudaraku para pembaca yang budiman.
Ini jelas merupakan racun syaithan yang telah merasuk dalam jiwa-jiwa sebagian kaum muslimin. Pada hakekatnya istilah yang mereka gunakan (cuci mata) merupakan istilah yang telah dihembuskan syaithan pada mereka. Istilah yang benar adalah “Ngotori mata”.
Kebiasaan yang sudah merebak seantero dunia ini memang sulit untuk ditinggalkan. Bukan cuma orang awam saja yang sulit untuk meninggalkannya bahkan betapa banyak ahli ibadah yang terjerumus ke dalam praktek “ngotori mata” ini. Masalahnya alam yang menjadi fokus pandangan sangatlah indah dan dorongan dari dalam jiwa untuk menikmati pesona alam itupun sangat besar.
Oleh karena itu penulis mencoba untuk memaparkan beberapa perkara yang berkaitan dengan hukum pandangan, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan juga bagi saudara-saudaraku para pembaca yang budiman.
Ketahuilah Dunia Itu Terlaknat!
Dunia pada dasarnya bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Namun
dunia bisa menjadi penghalang untuk bisa sampai kepada Allah. Harta
pada dasarnya bukanlah sesuatu yang di benci. Namun, harta itu tercela
jika dia melalaikan dari mengingat Allah. Betapa banyak kaum muslimin
yang tertipu dengan gemerlap dunia sehingga lupa akan tujuan
penciptaannya. Ironisnya mereka tidak menyadari hal tersebut dan
ketika dirinya ditanya, “Apakah yang engkau inginkan, dunia ataukah
akhirat?” Serentak dirinya menjawab, “Saya menginginkan
akhirat!” Padahal keadaan dirinya menjadi saksi atas kedustaan
ucapannya tersebut.
Derita Bisa Jadi Nikmat
Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin. (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333)
Di antara sempurnanya nikmat Allah pada para hamba-Nya yang beriman, Dia menurunkan pada mereka kesulitan dan derita. Disebabkan derita ini mereka pun mentauhidkan-Nya (hanya berharap kemudahan pada Allah, pen). Mereka pun banyak berdo’a kepada-Nya dengan berbuat ikhlas. Mereka pun tidak berharap kecuali kepada-Nya. Di kala sulit tersebut, hati mereka pun selalu bergantung pada-Nya, tidak beralih pada selain-Nya. Akhirnya mereka bertawakkal dan kembali pada-Nya dan merasakan manisnya iman. Mereka pun merasakan begitu nikmatnya iman dan merasa berharganya terlepas dari syirik (karena mereka tidak memohon pada selain Allah). Inilah sebesar-besarnya nikmat atas mereka. Nikmat ini terasa lebih luar biasa dibandingkan dengan nikmat hilangnya sakit, hilangnya rasa takut, hilangnya kekeringan yang menimpa, atau karena datangnya kemudahan atau hilangnya kesulitan dalam kehidupan. Karena nikmat badan dan nikmat dunia lainnya bisa didapati orang kafir dan bisa pula didapati oleh orang mukmin. (Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, Darul Wafa’, 10/333)
Miskin Tapi Kaya
Imam As-Syafii rahimahullah berkata :
إِذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ …..
فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ
Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah …
Jika engkau memiliki hati yang selalu qona’ah …
maka sesungguhnya engkau sama seperti
raja dunia
Sekitar tujuh tahun yang lalu saya
berkunjung di kamar seorang teman saya di Universitas Madinah yang
berasal dari negara Libia, dan kamar tersebut dihuni oleh tiga
mahasiswa yang saling dibatasi dengan sitar (kain) sehingga membagi
kamar tersebut menjadi tiga petak ruangan kecil berukuran sekitar dua
kali tiga meter. Ternyata… ia sekamar dengan seorang mahasiswa yang
berasal dari negeri China yang bernama Ahmad. Beberapa kali aku dapati
ternyata Ahmad sering dikunjungi teman-temannya para mahasiswa yang
lain yang juga berasal dari China. Rupanya mereka sering makan bersama
di kamar Ahmad, sementara Ahmad tetap setia memasakkan makanan buat
mereka. Akupun tertarik melihat sikap Ahmad yang penuh rendah diri
melayani teman-temannya dengan wajah yang penuh senyum semerbak. Ahmad
adalah seorang mahasiswa yang telah berkeluarga dan telah dianugerahi
seorang anak. Akan tetapi jauhnya ia dari istri dan anaknya tidaklah
menjadikan ia selalu dipenuhi kesedihan…, hal ini berbeda dengan
kondisi sebagian mahasiswa yang selalu bersedih hati karena memikirkan
anak dan istrinya yang jauh ia tinggalkan.
Suatu saat akupun menginap di kamar temanku tersebut, maka aku
dapati ternyata Ahmad bangun sebelum sholat subuh dan melaksanakan
sholat witir, entah berapa rakaat ia sholat. Tatkala ia hendak
berangkat ke mesjid maka akupun menghampirinya dan bertanya kepadanya,
“Wahai akhi Ahmad, aku lihat engkau senantiasa ceria dan tersenyum, ada
apakah gerangan”, Maka Ahmadpun dengan serta merta berkata dengan
polos, “Wahai akhi… sesungguhnya Imam As-Syafi’i pernah
berkata bahwa jika hatimu penuh dengan rasa qonaa’h maka sesungguhnya
engkau dan seorang raja di dunia ini sama saja”.Rumah Masa Depan
النفس تبكي على الدنيا وقد علمت…أن السلامة فيها ترك ما فيها
(Sungguh aneh) jika jiwa menangis karena
perkara dunia (yang terluput) padahal jiwa tersebut mengetahui bahwa
keselamatan adalah dengan meninggalkan dunia
لا دار للمرء بعد الموت يسكنها…إلا التي كان قبل الموت يبنيها
Tidak ada rumah bagi seseorang untuk
ditempati setelah kematian, kecuali rumah yang ia bangun sebelum matinya
فإن بناها بخير طاب مسكنه…وإن بناها بشر خاب بانيها
Jika ia membangun rumahnya (tatkala masih
hidup) dengan amalan kebaikan maka rumah yang akan ditempatinya
setelah matipun akan baik pula
أموالنا لذوي الميراث نجمعها…ودورنا لخراب الدهر نبنيها
Harta kita yang kita kumpulkan adalah
milik ahli waris kita, dan rumah-rumah (batu) yang kita bangun akan
rusak dimakan waktu
كم من مدائن في الآفاق قد بنيت…أمست خرابا وأفنى الموت أهليها
Betapa banyak kota (megah) di penjuru
dunia telah dibangun, namun akhirnya rusak dan runtuh, dan kematian
telah menyirnakan para penghuninya
أين الملوك التي كانت مسلطنة…حتى سقاها بكأس الموت ساقيها
Di manakah para raja dan pimpinan yang
dahulu berkuasa? Agar mereka bisa meneguk cangkir kematian
لا تركنن إلى الدنيا فالموت…لا شك يفنينا ويفنيها
Janganlah engkau condong kepada dunia,
karena tidak diragukan lagi bahwa kematian pasti akan membuat dunia
sirna dan membuat kita pun fana
واعمل لدار غدا رضوان خازنها…والجار أحمد والرحمن بانيها
Hendaknya engkau beramal untuk rumah masa
depan yang isinya adalah keridoan Allah, dan tetanggamu adalah Nabi
Muhammad serta yang membangunnya adalah Ar-Rohman (Allah yang maha
penyayang)
قصورها ذهب والمسك طينتها…والزعفران حشيش نابت فيها
Bangunannya terbuat dari emas, dan
tanahnya menghembuskan harumnya misik serta za’faron adalah rerumputan
yang tumbuh di tanah tersebut
أنهارها لبن مصفى ومن عسل…والخمر يجري رحيقا في مجاريها
Sungai-sungainya adalah air susu yang
murni jernih, madu dan khomr, yang mengalir dengan bau yang semerbak
والطير تشدو على الأغصان عاكفة…تسبح الله جهرا فى مغانيها
Burung-burung berkicau di atas ranting
dan dahan di atas pohon-pohon yang ada di surga
Mereka bertasbih memuji Allah dalam kicauan mereka
Mereka bertasbih memuji Allah dalam kicauan mereka
فمن يشتري الدار في الفردوس يعمرها…بركعة في ظلام الليل يحييها
Siapa yang hendak membangun surga firdaus
maka hendaknya ia memenuhinya dengan sholat di dalam kegelapan malam
Kaya Tanpa Iman
Emas 1 gram berapa harganya? Kalau
bumi ini ditimbang berapa gram beratnya?! Kalau ada emas sepenuh isi
bumi dijual harganya kira-kira berapa ya? Wah… pasti mahal sekali, bisa
untuk bersenang-senang tujuh turunan itu…!
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kelak pada hari kiamat orang kafir akan didatangkan lalu ditanyakan kepadanya, ‘Bagaimana menurutmu seandainya kamu mempunyai emas sepenuh isi bumi apakah kamu mau menebus (siksaan) dengannya?’. Dia menjawab, ‘Iya tentu saja.’ Maka dikatakan kepadanya, ‘Sesungguhnya dahulu -di dunia- kamu diminta sesuatu yang lebih mudah daripada itu [akan tetapi kamu enggan dan tetap berbuat syirik].’.” (HR. Bukhari [6538] dan Muslim [2805])
Jangan Terlalu Bersedih
Wahai saudaraku …
Mungkin saat ini kau dirundung duka
Tetapi seharusnya tidak membuat engkau berlarut lama
Wahai saudaraku …
Ingatlah, kondisi kita tidak selamanya harus dalam suka
Kadang akan merasakan duka
Suka dan duka akan terus berganti dalam hidup kita
Wahai saudaraku …
Takdir Allah itu begitu baik
Jika kita pandang dari satu sisi mungkin terasa tidak enak
Namun coba kita pandang dari sisi lain, Allah punya maksud lain yang terbaik
Wahai saudaraku …
Bukankah Nabimu –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
Mungkin saat ini kau dirundung duka
Tetapi seharusnya tidak membuat engkau berlarut lama
Wahai saudaraku …
Ingatlah, kondisi kita tidak selamanya harus dalam suka
Kadang akan merasakan duka
Suka dan duka akan terus berganti dalam hidup kita
Wahai saudaraku …
Takdir Allah itu begitu baik
Jika kita pandang dari satu sisi mungkin terasa tidak enak
Namun coba kita pandang dari sisi lain, Allah punya maksud lain yang terbaik
Wahai saudaraku …
Bukankah Nabimu –shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ
وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى
الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit
(yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan
dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan
menghapus kesalahan-kesalahannya.[1]
Bandingan Nikmat Dunia dan Akhirat
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menyebutkan
kenikmatan dan keutamaan akhirat yang sangat besar dibandingkan
kesenangan di dunia ini. Di antaranya adalah hadits di bawah ini,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati surga telah penuh.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga!’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati surga telah penuh.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata lagi kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olok aku (atau Engkau menertawakan aku), padahal Engkau adalah Raja?’
Abdullâh bin Mas’ûd radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Aku melihat Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya.’ Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya.’ (H.R. Muslim, no. 308/186)
Penulis: Ustadz Abu Isma’il Muslim Atsari
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي َلأَ
عْلَمُ آخِرَ أَهْلِ النَّارِ خُرُوجًا مِنْهَا وَآخِرَ أَهْلِ الْجَنَّةِ
دُخُولاً الْجَنَّةَ رَجُلٌ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ حَبْوًا فَيَقُولُ
اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ
فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ
يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ قَالَ فَيَأْتِيهَا فَيُخَيَّلُ
إِلَيْهِ أَنَّهَا مَلْأَى فَيَرْجِعُ فَيَقُولُ يَا رَبِّ وَجَدْتُهَا
مَلْأَى فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ اذْهَبْ فَادْخُلْ الْجَنَّةَ فَإِنَّ
لَكَ مِثْلَ الدُّنْيَا وَعَشَرَةَ أَمْثَالِهَا أَوْ إِنَّ لَكَ عَشَرَةَ
أَمْثَالِ الدُّنْيَا قَالَ فَيَقُولُ أَتَسْخَرُبِي أَوْ أَتَضْحَكُ بِي
وَأَنْتَ الْمَلِكُ قَالَ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ضَحِكَ حَتَّى بَدَتْ نَوَاجِذُهُ قَالَ
فَكَانَ يُقَالُ ذَاكَ أَدْنَى أَهْلِ الْجَنَّةِ مَنْزِلَةً
Dari `Abdullâh bin Mas’ûd radhiallahu ‘anhu, dia berkata,
“Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Aku
benar-benar mengetahui seorang penduduk neraka yang paling akhir keluar
darinya dan seorang penduduk surga yang paling akhir masuk ke dalam
surga. Yaitu seorang laki-laki yang keluar dari neraka dengan keadaan
merangkak, lalu Allah berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam
surga!’Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati surga telah penuh.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga!’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Lalu dia mendatangi surga, namun dikhayalkan kepadanya bahwa surga telah penuh. Maka, dia kembali lalu berkata, ‘Wahai Rabb-ku, aku mendapati surga telah penuh.’
Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata lagi kepadanya, ‘Pergilah, masuklah ke dalam surga! Sesungguhnya engkau memiliki semisal dunia dan sepuluh kalinya, atau engkau memiliki sepuluh kali dunia.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Laki-laki itu berkata, ‘Apakah Engkau memperolok-olok aku (atau Engkau menertawakan aku), padahal Engkau adalah Raja?’
Abdullâh bin Mas’ûd radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Aku melihat Rasulullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa sampai nampak gigi gerahamnya.’ Dan dikatakan bahwa orang itu adalah penduduk surga yang paling rendah derajatnya.’ (H.R. Muslim, no. 308/186)
Penulis: Ustadz Abu Isma’il Muslim Atsari
Kendalikan Lisan
Lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan
dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penerjemah hati dan pengungkap
isi hati. Oleh karena itulah, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan istiqamah, beliau mewasiatkan untuk
menjaga lisan. Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati
dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad Imam Ahmad dari Anas
bin Malik , dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
لَا يَسْتَقِيمُ إِيمَانُ عَبْدٍ حَتَّى
يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ
لِسَانُهُ وَلَا يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ
بَوَائِقَهُ
Iman seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga hatinya
istiqamah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqamah, sehingga
lisannya istiqamah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari
kejahatan-kejahatannya, tidak akan masuk surga. (H.R. Ahmad, no.
12636, dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun
Nazhirin, 3/13).Sehat Lebih Baik dari Kaya
Sebagian orang mungkin merasakan penuh kesusahan tatkala ia
kekurangan harta atau punya banyak hutang sehingga membawa pikiran dan
tidur tak nyenyak. Padahal ia masih diberi kesehatan, masih kuat
beraktivitas. Juga ia masih semangat untuk beribadah dan melakukan
ketaatan lainnya. Perlu diketahui bahwa nikmat sehat itu sebenarnya
lebih baik dari nikmat kaya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ بَأْسَ بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى
وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ
النِّعَمِ
“Tidak mengapa seseorang itu kaya asalkan bertakwa. Sehat bagi
orang yang bertakwa itu lebih baik dari kaya. Dan hati yang bahagia
adalah bagian dari nikmat.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan Ahmad
4/69, shahih kata Syaikh Al Albani)Waspadailah Penghapus Pahala Sedekah
Di antara amal kebaikan yang banyak dilakukan
kaum muslimin di bulan Ramadhan adalah memberi sedekah. Tidak diragukan
lagi bahwa bersedekah di bulan mulia ini memiliki nilai lebih
tersendiri. Namun perlu diwaspadai, jangan sampai pahala sedekah yang
melimpah menjadi terhapus sia-sia.
Pembaca yang budiman, Allah ta’ala
mengingatkan kita dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي
يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ
الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ
وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْداً لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا
كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir . “ (Al
Baqarah:264)
Ikhlas Dalam Beramal
Diriwayatkan dari Amir al-Mukminin (pemimpin kaum beriman) Abu Hafsh
Umar bin al-Khattab radhiyallahu’anhu beliau mengatakan: Aku
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ مانوي . فمن كانت
هجرته الي الله ورسوله فهجرته الي الله ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها
أو امرأة ينكحها فهجرته إلي ما هاجر إليه
“Sesungguhnya setiap amalan harus disertai dengan niat. Setiap
orang hanya akan mendapatkan balasan tergantung pada niatnya.
Barangsiapa yang hijrah karena cinta kepada Allah dan Rasul-Nya maka
hijrahnya akan sampai kepada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang
hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau karena wanita yang
ingin dinikahinya, maka hijrahnya (hanya) mendapatkan apa yang dia
inginkan.” (HR. Bukhari [Kitab Bad'i al-Wahyi, hadits no.
1, Kitab al-Aiman wa an-Nudzur, hadits no. 6689] dan Muslim
[Kitab al-Imarah, hadits no. 1907])Keutamaan Berjabat Tangan Ketika Bertemu
Dari al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“[1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama[2], bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat ditekankan)[3].
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا
“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.“[1]
Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan berjabat tangan ketika bertemu, dan ini merupakan perkara yang dianjurkan berdasarkan kesepakatan para ulama[2], bahkan ini merupakan sunnah yang muakkad (sangat ditekankan)[3].
Faidah-Faidah Penting yang Terkandung Dalam Hadits:
Keutamaan Menghidupkan Sunnah Rasul
Dari ‘Amr bin ‘Auf bin Zaid al-Muzani radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحْيَا سُنَّةً مِنْ سُنَّتِى فَعَمِلَ بِهَا النَّاسُ
كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا لاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ
شَيْئًا
“Barangsiapa yang menghidupkan satu sunnah dari sunnah-sunnahku,
kemudian diamalkan oleh manusia, maka dia akan mendapatkan (pahala)
seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, dengan tidak mengurangi
pahala mereka sedikit pun“[1].Perbanyaklah Do’a
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ما من مسلمٍ يدعو بدعوة ليس فيها
أثمٌ ولا قطيعة رحم إلا أعطاه الله بها إحدى ثلاث؛ إما أن تعجل له دعوته،
وإما أن يدخرها له في الآخرة، وإما أن يصرف عنه من السوء مثلها”. قالوا:
إذا نكثر. قال: “اللهُ أكثرُ”. رواه أحمد والحاكم وغيرهما[1].
“Tiada seorang muslim pun yang memohon (kepada Allah Ta’ala) dengan
doa yang tidak mengandung dosa (permintaan yang haram), atau pemutusan
hubungan (baik) dengan keluarga/kerabat, kecuali Allah akan memberikan
baginya dengan (sebab) doa itu salah satu dari tiga perkara: [1] boleh
jadi akan disegerakan pengabulan doanya,Masa Muda Cerminan Masa Tua
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam
kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik hingga akhir zaman.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi nasehat pada Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi nasehat pada Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-,
احْفَظِ
اللَّهَ يَحْفَظْكَ
“Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.”[1]
Tidak Bisa Ibadah Tapi Dapat Pahala Ibadah
Sebuah hadits dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu’anhu, ia
mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
bersabda:
إذا مرض العبد أو سافر كتب له مثل ما كان
يعمل مقيما صحيحا
Artinya: “Jika seorang ahli ibadah jatuh sakit atau safar, ia
tetap diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau sebagaimana
ketika ia tidak dalam safar” [HR. Bukhari]AlQur'an & terjemahan dalam bentuk mp3
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Assalamu alaikum.. Terimakasih sudah menyempatkan berkunjung ke blog Kami ini. Alhamdulillah, Semoga Allah melimpahkan RahmatNya ke atas kita.
Al quran adalah warisan yang ditinggalkan rasulullah Muhammad saw. kepada umat Islam. Kitab suci Al Quran diciptakan sebagai pedoman hidup agar manusia tidak tersesat didunia dan agar selamat diakhirat. Tetapi sungguh sangat disayangkan masih banyak umat islam yang kurang mengerti isi Al quran karena kendala bahasa.
Berangkat dari situlah saya berpendapat alangkah indahnya jika siapapun, kapanpun, dan dimanapun bisa mempelajari al quran secara mudah dan gratis. Lewat blog ini anda bisa mendownload dan selanjutnya silahkan menyimak bacaan alquran sambil memahami terjemahan dalam bahasa Indonesia.
Langganan:
Postingan (Atom)